Mamie Phipps Clark merupakan seorang psikolog wanita yang terkenal dengan penelitiannya mengenai isu ras, harga diri, dan perkembangan anak. Ia hidup pada masa segregasi sekolah masih merupakan aturan di beberapa Negara bagian Amerika. Segregasi sekolah ialah pemisahan sekolah antara anak kulit hitam dan putih. Meskipun begitu, Clark berhasil menjadi wanita berkulit hitam pertama yang mendapatkan gelar doktor psikologi dari Universitas Columbia.

Clark mendalami efek segregasi dan juga rasisme terhadap harga diri anak-anak kulit hitam. Hasil penelitiannya bersama dengan suaminya, Dr. Kenneth Clark, digunakan dalam kesaksian kasus Brown Vs The Board of Education of Topeka (merupakan keputusan penting dari Mahkamah Agung Amerika di mana pengadilan memutuskan bahwa undang-undang negara bagian Amerika yang menetapkan pemisahan rasial di sekolah umum tidak lagi konstitusional keputusan Mahkamah Agung tahun 1954 yang menyatakan bahwa pemisahan sekolah tidak sesuai dengan aturan hukum). Clark juga ikut mendirikan The Northside Center for Child Development, salah satu agensi pertama yang menyediakan layanan psikologis bagi anak-anak kulit hitam yang kurang mampu. Ia menjabat sebagai direktur eksekutif Northside dari tahun 1946 hingga 1979. Kenalan lebih jauh dengan sosok Clark yang menginspirasi dan membawa perubahan untuk komunitasnya yuk #KawanManu.
Awal Kehidupan Mamie Phipps Clark
Clark lahir pada 18 April 1917 dari pasangan Dr. Harold H. Phipps dan Katie Florence Phipps. Ayahnya memiliki praktek medis di kota dan juga mengelola sebuah hotel dan spa untuk orang kulit hitam dan ibunya, Katie, aktif membantu suaminya dalam prakteknya. Karena pendapatan ayahnya, keluarga tersebut dapat mencapai status kelas menengah dan boleh mengakses beberapa wilayah kota yang biasanya hanya terbuka untuk orang kulit putih. Namun, pada waktu itu, pendidikan dasar dan menengah sekolah yang Clark ikuti berada di sekolah terpisah dari teman kulit putih lainnya.
Pendidikan Mamie Phipps Clark
Pada tahun 1934, ia lulus dari Sekolah Menengah Langston. Clark lulus dari sekolah menengahnya pada usia 17 tahun. Dia adalah siswa cerdas yang menyukai sekolah, terutama matematika. Dia mendapat tawaran beasiswa di dua universitas. Karena orang tuanya mendorongnya untuk mengejar pendidikan, dia mulai kuliah di jurusan fisika dan matematika di Universitas Howard.
Di Howard itulah Clark bertemu calon suaminya, Kenneth Clark, pada tahun 1934 (mereka menikah empat tahun kemudian). Pada tahun ketiga studinya, Clark menjadi putus asa dengan jurusan matematikanya setelah menemukan para profesor tidak mendukung mahasiswa perempuan mereka. Kenneth Clark membujuknya untuk bergabung dengannya di departemen psikologi, di mana dia akan dapat mengeksplorasi minatnya dalam bekerja dengan anak-anak. “Saya selalu memiliki minat pada anak-anak. Selalu, sejak saya masih sangat kecil. Saya selalu berpikir saya ingin bekerja dengan anak-anak, dan psikologi tampaknya merupakan bidang yang bagus.”
Pendidikan adalah prioritas bagi Clark. Dia lulus magna cum laude pada tahun 1938 dari Universitas Howard dan segera mendaftar di program pascasarjana psikologi. Dalam tesis masternya, Clark meneliti mengenai anak-anak kulit hitam dan menemukan bahwa mereka merasa memiliki “diri” yang berbeda dari teman kulit putih, dan ketika mereka menyadari menjadi bagian dari kelompok ras tertentu. Kecintaannya pada anak-anak menginspirasinya. Tesisnya, “Pengembangan Kesadaran Diri pada Anak-anak Pra-Sekolah Negro,” adalah awal dari serangkaian penelitian yang menjadi bersejarah ketika digunakan dalam membantu membuat segregasi rasial (pemisahan berdasarkan warna kulit) tidak menjadi bagian dari aturan negara di sekolah umum Amerika. Setelah itu Clark menghabiskan beberapa waktu bekerja di kantor hukum di mana dia dapat menyaksikan secara langsung efek buruk dari segregasi.
Pada tahun 1943, ia memperoleh gelar Ph.D dari Universitas Columbia. Ia menjadi satu-satunya wanita kulit hitam di seluruh program, juga menjadi orang Afrika-Amerika kedua yang mendapatkan gelar doktor dari Columbia, yang pertama adalah suaminya.
Karier dari Seorang Mamie Phipps Clark
Setelah lulus, Clark kesulitan dalam menemukan peluang kerja. “Meskipun suami saya sebelumnya telah mendapatkan posisi mengajar di City College of New York, setelah saya lulus, menjadi jelas bagi saya bahwa seorang wanita kulit hitam dengan gelar Ph.D dalam psikologi adalah anomali yang tidak diinginkan di New York City pada awalnya. 1940-an.”
Akhirnya, Clark menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion-nya, yaitu menjadi konselor bagi tunawisma dan anak-anak kulit hitam yang asuhan Riverdale Children’s Association di New York. Ia melakukan tes psikologis dan juga menasihati gadis-gadis Afrika-Amerika yang tunawisma. Pengalaman di Riverdale merupakan momen ketika dia dengan jelas merasakan kekurangan luar biasa dari layanan psikologis yang tersedia untuk orang kulit hitam dan anak-anak minoritas lainnya di New York.
Dia melayani komunitasnya dengan membangun Northside Center for Child Development di Harlem pada tahun 1946 bersama suaminya. Northside adalah tanggapan Clark terhadap kurangnya pelayanan sosial kota untuk anak-anak minoritas. Northside menjadi salah satu lembaga pertama yang memberikan layanan psikologis yang komprehensif kepada orang miskin, kulit hitam, dan anak-anak minoritas lainnya. Beberapa tahun kemudian, Northside memperluas layanannya dengan menyediakan tidak hanya bantuan psikologis untuk masalah perilaku dan emosional, tetapi sejumlah program pendidikan untuk anak-anak dan orang tua mereka. Selain Clarks, pada awalnya hanya ada satu psikolog, tiga psikiater, dan tiga pekerja sosial – semuanya secara sukarela. Seiring waktu, Northside Center berkembang untuk menyediakan layanan holistik – terapi, kerja sosial, bahkan sekolah. Clark melayani pusat tersebut sampai pensiun pada tahun 1979.
The Clark Doll Test
Pada tahun 1940-an, Kenneth dan Clark merancang dan melakukan serangkaian eksperimen “doll test” untuk mempelajari efek psikologis segregasi pada anak-anak Afrika-Amerika. Penelitian ini kemudian berkembang menjadi eksperimen boneka terkenal yang mengungkap rasisme yang terinternalisasi dan efek negatif segregasi bagi anak-anak Afrika-Amerika.
Clark menggunakan empat boneka identik yang hanya berbeda dalam warna rambut dan kulit untuk menguji persepsi rasial anak-anak. Subjek mereka, anak-anak berusia antara tiga hingga tujuh tahun di sekolah yang menggunakan aturan segregasi. Subjek diminta untuk mengidentifikasi ras boneka dan boneka mana yang mereka sukai untuk dimainkan, boneka mana yang merupakan boneka “bagus”, mana yang “boneka buruk” dan mana yang paling mirip dengan anak itu.
Hasilnya mayoritas anak-anak lebih menyukai boneka putih dan memberikan karakteristik positif pada boneka putih. Anak-anak lebih cenderung menggambarkan boneka putih sebagai ‘boneka bagus’ dan boneka hitam sebagai ‘boneka buruk’. Clark menyimpulkan bahwa “prasangka, diskriminasi, dan segregasi” menciptakan perasaan rendah diri di antara anak-anak Afrika-Amerika dan juga merusak harga diri mereka. Untuk membantu anak-anak mencapai identifikasi diri ras yang sehat, Clark semakin berpikir bahwa integrasi (penyatuan/peleburan) adalah jalan yang lebih baik.
Eksperimen ini memainkan peran penting dalam kasus Brown vs the Board of Education dengan menunjukkan efek berbahaya dari segregasi pada anak-anak. Mahkamah Agung kemudian memutuskan bahwa pemisahan rasial di sekolah-sekolah Amerika bukan merupakan aturan negara lagi.
Kontribusi Bagi Psikologi
Mamie Phipps Clark memainkan peran penting dalam gerakan hak-hak sipil, karena pekerjaannya dengan suaminya menunjukkan bahwa konsep “terpisah tapi setara” memberikan pendidikan yang jauh dari kesetaraan bagi pemuda kulit hitam. Penyelidikannya terhadap konsep diri di kalangan minoritas menginspirasi penelitian lebih lanjut tentang subjek tersebut dan membuka bidang penelitian baru dalam bidang psikologi perkembangan.
Sayangnya, kontribusi Clark sering diabaikan. Dalam buku History of Psychology, penulis David Hothersall mencatat bahwa minoritas, termasuk psikolog kulit hitam dan wanita, telah lama terabaikan dalam sejarah psikologi. Clark berpengaruh terhadap gerakan hak-hak sipil dan keahlian mereka memungkinkan mereka untuk bersaksi sebagai saksi ahli dalam beberapa kasus desegregasi sekolah, termasuk Brown vs Board of Education pada tahun 1954. Di luar penelitian dan kontribusi terapan mereka, mereka melayani masyarakat dan juga pemerintah untuk membuat perbedaan.
Mamie Clark meninggal pada 11 Agustus 1983 pada usia 66, meninggalkan dua anak dan Kenneth Clark, yang kemudian meninggal pada 2005 pada usia 91. Clark membuat kontribusi yang signifikan di bidang psikologi dan gerakan sosial pada masa mereka.
Salah satu anggota staf Northside Center menggambarkan Clark sebagai sosok yang berbeda dan mengerti bagaimana cara ia mewujudkan mimpinya.”Ketika orang yang tidak biasa dan unik mengejar mimpi dan mewujudkan mimpi itu dan mengarahkan mimpi itu, orang-orang tidak hanya tertarik pada gagasan mimpi itu, tetapi juga pada keunikan orang itu sendiri. Saya pikir seperti itulah Dr.Clark. Northside, termasuk sekolah hari ini, benar-benar menunjukkan kecerdikannya, mimpinya.”
Penulis: Ellays Marreta
Referensi:
- Alvarez, L.D.C., Jones, K.N., Walljasper-Schuyler C., dkk. (2019). Psychology’s Hidden Figures: Undergraduate psychology major’s (in)ability to recognize our diverse pioneers. Psi Chi Journal of Psychological Research. 24(2). DOI:10.24839/2325-7342.JN24.2.84
- American Psychological Association. (2012). Mamie Phipps Clark, PhD and Kenneth Clark, PhD. Diakses dari https://www.apa.org/pi/oema/resources/ethnicity-health/psychologists/clark
- Butler, S.N. (Desember, 2021). Mamie Katherine Phipps Clark (1917–1983). Diakses dari https://encyclopediaofarkansas.net/entries/mamie-katherine-phipps-clark-2938/
- Cherry, K. (April, 2020). Psychologist Mamie Phipps Clark Profile. Diakses dari https://www.verywellmind.com/mamie-phipps-clark-biography-2796022
- Clark, M.P., & Clark, K.B. (1947). Racial Identification and Preference in Negro Children. [Thesis].
- Clark, K. B., & Clark, M. P. (1950). Emotional Factors in Racial Identification and Preference in Negro Children. The Journal of Negro Education, 19(3), 341–350. DOI: 10.2307/2966491
- Psychology’s Feminist Voices. Profile Mamie Phipps Clark. Diakses dari https://feministvoices.com/profiles/mamie-phipps-clark
- Reynolds, L.M. (Februari, 2018). Meet Mamie Phipps Clark, the Social Psychologist who Helped Outlaw Segregated Schools. Diakses dari https://massivesci.com/articles/science-hero-mamie-clark/