Halo #KawanManu, kira-kira siapa nih tokoh psikologi yang kalian ketahui? Sigmund Freud? Bandura? Pasti kedua nama tokoh psikologi tersebut tidak asing bagi kalian. Akan tetapi sayangnya, kali ini pembahasan kita tidak merujuk pada dua tokoh psikologi tersebut. Namun kita akan mengulas mengenai salah satu tokoh psikologi perempuan yang terkenal dengan teori self-psychology nya, yaitu Mary Whiton Calkins. Nah, biar nggak makin penasaran dengan sosok hebat ini, yuk simak lebih lanjut biografinya!

Penjelasan Singkat Mengenai Perjalanan Hidup Mary Whiton Calkins

Mary Whiton Calkins merupakan psikolog wanita pertama yang pernah menjadi ketua American Psychological Association  keempat belas sekaligus pendiri laboratorium psikologi pertama. Karirnya sebagai seorang psikolog tergolong sukses, di mana ia mendapatkan dua gelar kehormatan dan juga aktif di bidang psikologi juga filsafat. Salah satu teori terkenalnya adalah mengenai sistematika psikologi diri di mana teori ini teguh dalam menentang keyakinan bahwasannya terdapat perbedaan kelamin dalam kemampuan mental. 

Merupakan anak tertua dari lima bersaudara, Mary Whiton Calkins merupakan pribadi yang sangat teguh akan pengabdian pada keluarganya terutama sang ibu yaitu Charlotte Whiton Calkins. Mary Whiton Calkins lahir pada tanggal 30 Maret 1863 di Hartford, Connecticut. Sebagian besar masa kecil Mary Whiton Calkins dihabiskan di kota Buffalo, New York. Setelah tamat sekolah menengah atas Calkins memutuskan untuk memasuki perguruan tinggi Smith pada tahun 1882. 

Pada tahun 1887, Calkins mendapatkan tawaran untuk menjadi tutor dalam bahasa Yunani di perguruan tinggi seni liberal untuk wanita yang terletak di kota Wellesley. Saat masih menempuh pekerjaan menjadi seorang guru, Calkins mendapatkan tawaran dari departemen filsafat yang pada saat itu sedang membuat sebuah rencana untuk memperkenalkan pekerjaan pada ilmu psikologi. Pada masa itu psikologi masih belum menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan masih menjadi sub-bidang ilmu filsafat. 

Selama menggeluti ketertarikannya di bidang psikologi, Calkins tetap meneruskan untuk mempelajari, menulis, dan juga mengajar filsafat. Calkins juga mendapatkan gelar sebagai ketua wanita pertama pada American Psychological Association keempat belas pada tahun 1905 dan menjadi ketua wanita pertama di asosiasi filsafat Amerika pada tahun 1918. 

Baca juga: Martin Seligman

Kehidupan Saat Menjadi Seorang Pascasarjana Psikologi 

Sebenarnya Psikologi bukanlah bidang yang merupakan fokus pertama Calkins waktu itu. Pada masa tersebut Calkins menggeluti pekerjaan sebagai guru bahasa Yunani dan bidang yang ia sukai ada filsafat. Akan tetapi ketika ia mendapatkan undangan untuk mengajar ilmu psikologi, ia pun tertarik dan mencoba untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Namun sayangnya di masa tersebut, rupanya Calkins menemui beberapa masalah. Masalah pertama pada tahun 1890 rupanya masih sedikit departemen dan laboratorium psikologi yang dapat menjadi tempat belajar sekaligus tempat untuk melakukan pekerjaan lanjutan. Selanjutnya adalah kesulitan untuk mendaftarkan pekerjaan lanjutan dalam bidang psikologi karena jenis kelaminnya. 

Pada akhirnya di tahun ajaran 1891-1892, Calkins bersama dengan bantuan Dr. Stanford mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota dan juga satu-satunya laboratorium psikologi yang berada di perguruan tinggi untuk wanita. Calkins juga mulai untuk menerbitkan empat buku buku pada tahun 1892 dan juga enam puluh artikel. Adapun topik-topik yang terbit dalam artikel tersebut di antaranya: mengenai mimpi, asosiasi, bentuk mental, emosi, psikologi eksperimen di perguruan tinggi Wellesley, psikologi struktural dan fungsional, behaviorism, dan masih banyak lagi. 

Kontribusinya Terhadap Perlakuan Tidak Setara Pada Jenis Kelamin

Dalam perjalanan karirnya sebagai seseorang yang bergerak di bidang filsafat juga psikologi, Calkins sangat menentang mengenai adanya argumen mengenai perbedaan jenis kelamin pada kemampuan mental manusia. Kontribusi Calkins dalam menjunjung kesetaraan ini dapat dilihat pada penolakan terhadap tawaran yang diberikan oleh Radcliffe Ph.D. pada tahun 1902 ketika ia dan tiga wanita lainnya ingin menyelesaikan pascasarjana mereka di Harvard. Hal ini dikarenakan sulitnya wanita untuk mendapatkan gelar disana, dan ia merasa bahwa merupakan sebuah hal yang tidak masuk akal jika menjadikan jenis kelamin sebagai alasan untuk menahan gelar siswa yang pernah bekerja dan mengikuti ujian di tempat yang sama. Selain itu Calkins juga menerangkan dalam pidatonya di National Konversi Hak Pilih di Baltimore menyatakan bahwa setiap siswa dilatih untuk dapat memikirkan keputusan yang logis dan setiap warga negara memiliki kesempatan untuk memilih. Bukanlah hal yang logis jika terdapat pembedaan yang didasarkan atas perbedaan jenis kelamin. 

Nah, bagaimana nih #KawanManu mengenai biografi singkat salah satu tokoh psikologi perempuan hebat yaitu Mary Whiton Calkins? Jika kamu belum tahu, ternyata banyak tokoh-tokoh wanita hebat yang berkontribusi dalam penelitian atau bidang-bidang tertentu seperti psikologi. Tentunya hal tersebut dapat memacu kita sebagai kaum perempuan untuk terus berkarya.

Baca juga: Mamie Phipps Clark


Penulis: Kharisma Salwa 

Referensi:

Waithe, M. E. (Ed.). (1995). A History of Women Philosophers.

Furumoto, L. (1981). Mary Whiton Calkins (1863-1930). Psychology of Women Quarterly, 5(1), 55–68.