Kawan Bercerita pasti menyetujui kalau di dunia ini ada dua jenis orang: yang senang melakukan sugar coating atau menutupi fakta sebenarnya dengan kalimat manis, atau yang langsung memberitahu fakta sebenarnya dengan singkat, padat, dan jelas. Biasanya untuk jenis kedua ini, kita dapat langsung mengerti apa yang mereka maksud ketimbang berhadapan dengan orang yang berbelit-belit. Dengan begitu, kita tidak perlu memecahkan kode-kode sulit yang disampaikan oleh seseorang yang membuat kita tidak mengerti apa yang mereka maksud.
“Aku kan hanya berterus terang dengan fakta yang ada!” sahut si straightforward.
Straightforward atau berterus terang adalah sifat untuk menjadi asli, dan meskipun kadang-kadang mungkin menyakiti orang lain. Orang dengan sifat straightforward menganggap mereka hanya bersikap nyata pada semua orang di sekitarnya. Bersikap lugas memungkinkan mereka untuk realistis. Ini juga akan memperkuat keberanian dan membebaskan mereka untuk menjadi diri mereka sendiri.
Biasanya, orang yang Kawan Bercerita anggap lebih tidak sopan dan tidak sabaran, masuk ke kategori orang yang straightforward. Mereka yang tidak berusaha menjelaskan perasaannya dengan berputar-putar cenderung tidak memikirkan orang lain, dan hanya menginginkan orang lain untuk mengerti dirinya.
Kalau begitu, apakah memang menjadi straightforward adalah hal yang buruk?
Kejujuran yang Terkadang Serba Salah
Orang yang straightforward akan jujur dengan keadaan yang sebenarnya. Ketika temannya bertanya apakah pakaian yang dikenakan hari ini cocok dengannya, dibanding mengatakan hal yang ingin temannya itu dengar, ia akan memilih berkata yang sejujurnya. Kamu juga mungkin pernah berada di posisi ini dimana kamu berusaha untuk menjaga perasaan orang tersebut. Itu juga merupakan salah satu bentuk usahamu agar pembicaraan tidak berlangsung buruk atau situasi berubah canggung.
Nyatanya, menjadi straightforward nantinya bukan hanya melegakan bagimu, tetapi kamu juga dapat membantu orang lain untuk berkembang pada sesuatu yang di luar kemampuannya. Bagaimana temanmu tahu kalau ia perlu mengubah pakaiannya yang tidak sesuai kalau kamu tidak memberitahukannya? Bersifat straightforward adalah hal yang bagus. Akan tetapi, ada beberapa hal yang dapat Kawan Bercerita perhatikan untuk meminimalisir menyakiti perasaan orang lain:
Be Clear and Be Polite
Berkata secara jelas tetapi tetap sopan adalah kunci untuk menjalin hubungan dan memulai komunikasi dengan seseorang yang lebih baik. Selain merupakan solusi dan tips untuk orang-orang straightforward, berkata secara jelas dan sopan juga termasuk etika dalam berbahasa. Kalau Kawan Bercerita masih bingung, coba tanyakan ke diri sendiri, “apakah aku mengorbankan kejelasan maksudku untuk menjaga perasaannya?” atau “apakah aku berbohong hanya untuk bersikap sopan?” untuk menghindari pernyataan sikap yang ambigu.
Penekanan pada Sudut Pandang Kita Sendiri
Terlepas dari langsung memberikan pendapat atau opini kita kepada orang lain yang bertanya pada kita tentang sesuatu dari dirinya, kita bisa menempatkan diri sebagai orang tersebut dan menjelaskan pendapat kita. Ingat, pendapat orang pastinya berbeda-beda tetapi setiap orang bebas menyatakan pendapat. Untuk menjadi straightforward, kamu bisa menggunakan kalimat seperti, “kalau aku sih…” atau “menurutku…” sebelum menyatakan pendapatmu sebagai tanda bahwa tidak semua orang berpikir seperti kita, dan kenyataan yang kita utarakan bukanlah sesuatu yang sudah pasti. Hal ini dapat dilakukan apabila Kawan Bercerita tidak tahu bagaimana menyampaikan pendapat yang buruk dan tetap ingin menjaga perasaan orang lain.
Cut It Short
Semakin panjang kamu ingin menjelaskan perasaanmu, semakin besar juga kesempatanmu untuk berbicara tanpa arah dan membuat orang yang tengah berbicara denganmu menangkap maksud yang berbeda dari apa yang kamu kehendaki. Setelah berkata jelas, sopan, dan menekankan kalau ini hanya berdasar pada opinimu saja, penting sekali untuk kamu pastikan bahwa kalimatmu tetap singkat. Biarkan mereka yang lebih banyak berbicara, dan tugas kamu untuk mendengarkan dengan baik
Interaksi manusia dipenuhi oleh risiko terjadinya konflik. Kita tidak akan terlepas dari akhir yang tidak sesuai dengan rencana kita. Seseorang yang berterus terang menyimpan energinya untuk menyatakan fakta atau apa yang dirasakannya ketimbang menyembunyikan kesedihan atau kerisauannya. Satu lagi hal yang perlu Kawan Bercerita ketahui: orang-orang yang menganggap dirinya itu straightforward dan terlalu agresif ketika berbincang dengan orang lain, nyatanya tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Riset menunjukkan bahwa kebanyakan dari lawan bicara mereka tidak berpikir demikian, jadi hal itu hanyalah ketakutan mereka semata.
Kita pasti dapat berkomunikasi dengan orang lain lebih mudah dengan berterus terang dan mulai berpikir bahwa kemauan kita tidak selamanya tidak dapat dimengerti orang lain. Dengan bercerita ke manusiabiasa contohnya, dengan bersikap jujur dan berterus terang akan apa yang sedang kamu rasakan, kesempatan bagimu untuk menjadi lebih baik lagi tentunya juga semakin besar.
Jadi, apakah kamu termasuk ke seseorang yang straightforward?
Penulis: Fishya Elvin
Referensi:
- Ames, Daniel R., Wazlawek, Abbie S. (2014). Pushing in the Dark: Causes and Consequences of Limited Self-Awareness for Interpersonal Assertiveness. Personality and Social Psychology Bulletin.
- Carroll, D. W. (1986). Psychology of language. United Kingdom: Thomson Brooks/Cole Publishing Co.
- de Botton, A. (2019). The School of Life: An Emotional Education. United Kingdom: Penguin Books Limited.