Setting boundaries isn’t selfish. #KawanManu, kalian tahu nggak kalau interaksi manusia memiliki dinding tak kasat mata yang bernama batasan? Setiap orang memiliki batas dalam diri sebagai penanda, penjaga, dan limit agar tidak terlampaui oleh apapun. Perasaan tidak nyaman yang muncul ketika berinteraksi dengan seseorang bisa menjadi pertanda bahwa batas milikmu sudah terlampaui, sehingga berdampak pada mental bahkan fisikmu. Nah, batas tersebut lebih dikenal sebagai personal boundaries.
Personal boundaries atau batasan pribadi adalah batasan dan aturan yang kita tetapkan untuk diri kita sendiri dalam sebuah hubungan. Seseorang dengan personal boundaries yang sehat adalah orang yang dapat berkata “tidak” ketika mereka tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, ada pula orang yang menjaga jarak atau malah terlalu ikut campur dalam hal hubungan emosional dan fisik dengan orang lainnya. Hal-hal itulah yang dinamakan batasan pribadi.
Kawan Bercerita dapat mengetahui batas dalam diri sendiri dengan mempelajari beberapa ciri umum personal boundaries yang seseorang miliki untuk menentukan mana yang sehat dan mana yang buruk.
1. Mengetahui bahwa pendapat kita sendiri memiliki nilai
Personal boundaries yang sehat adalah dengan mengetahui bahwa setiap orang memiliki hak untuk berpendapat, sehingga orang lain harus menghargai keputusan pribadimu. Dengan begitu, kamu berhak berkata “tidak” ketika ada sesuatu yang di luar persetujuanmu. Kamu juga tidak akan sungkan untuk meminta pertolongan orang lain ketika kamu membutuhkan sesuatu.
Baca juga: Yuk Kenali Batasan Dirimu Melalui Self Acceptance
2. Membagikan informasi personal secukupnya
Membagikan informasi personal secara berlebihan memang tidak baik untuk kehidupan seseorang, tetapi menutup diri dengan tidak membagikan informasi apapun juga tidak kalah buruk. Menetapkan boundaries sangat berperan besar untuk menentukan privasi yang kamu bagikan secara cukup, berlebihan, atau malah kurang. Apabila kamu memiliki kepribadian yang sangat terbuka dan kamu sangat aktif dalam membagikan informasi personal, maka akan ada banyak orang lain yang akan ikut campur dalam masalahmu, begitu juga sebaliknya. Selain itu, ketika kamu terlalu menutup diri, protektif, dan memilih untuk sama sekali tidak membagikan privasimu, maka akan sulit bagimu untuk memiliki hubungan yang mendalam dengan orang lain, karena kepribadianmu yang sangat tertutup.
3. Mengetahui apa yang kamu inginkan dan butuhkan
Pisahkan hal apa yang menjadi keinginanmu, dan apa yang menjadi kebutuhanmu. Jangan membuat dirimu bergantung pada keputusan orang lain yang kadang kamu tidak sukai dan berakhir pada momen yang tidak mengenakkan untukmu. Dengan begitu, kamu akan lebih untuk memberikan keputusan dan menetapkan personal boundaries.
4. Menerima kata “tidak”
Kalau kamu bisa berkata tidak, maka orang lain memiliki hak untuk berkata tidak pula. Dengan menghargai keputusan orang lain, maka orang lain akan menghargai keputusanmu juga. Menetapkan personal boundaries diawali dengan bagaimana kamu menghargai batasan orang lain terlebih dahulu. Kamu juga akan belajar menerima penolakan, sehingga kamu tidak memiliki rasa takut akan penolakan yang terkadang membuatmu menjaga jarak dengan orang lain. Dengan begitu, kamu akan menciptakan batasan yang sehat.
Baca juga: Perlu nggak sih membuat batasan? Ya perlu dong!
Setiap orang pastinya memiliki batas yang berbeda-beda, tergantung dengan siapa kamu berinteraksi, dan dengan budaya apa yang dianut di tempat tinggalmu. Batasan terhadap setiap orang atau kegiatan dalam kehidupannya terkadang berbeda satu sama lainnya, semisal batasan saat di tempat kerja, batasan pertemanan, ataupun batasan dengan pasangan.
Untuk itu, sisihkan sedikit waktumu untuk menemukan batas-batas yang sehat. Pada awalnya, mungkin hal tersebut tidaklah mudah. Tetapi dengan berlatih, seseorang akan dengan mudah melakukannya. Hargai diri sendiri terlebih dahulu, karena tidak ada yang memiliki hak untuk membuatmu tidak nyaman ataupun melampaui limit yang kamu tetapkan. Dengan membuat garis dan menerapkannya, kamu bisa lebih mencintai diri sendiri. Aku ataupun kamu berhak untuk mencintai diri kita sendiri dan berkata tidak pada sesuatu yang kita anggap sebagai hal yang akan menyakiti.
Ingin bercerita dan berkonsultasi tentang personal boundaries tetapi bingung mau kemana? Yuk, bercerita ke Manusiabiasa!
Penulis: Fishya Elvin
Referensi:
- Cocksedge, S, May, C. (2009) Doctors\’ Perceptions of Personal Boundaries to Primary Care Interactions: A Qualitative Investigation. Communication & Medicine, 6(2), 109-116.
- Greene, L.R., Geller, J.D. (1980). Effects of Therapists’ Clinical Experience and Personal Boundaries on Termination of Psychotherapy. Acad Psychiatry 4, 31–35.
- McEvoy, M. (1990). Repairing Personal Boundaries: Group Therapy with Survivors of Sexual Abuse. Healing voices: Feminist approaches to therapy with women, 62-79.
- Scott, Anne L. (1988). Human Interaction and Personal Boundaries. Journal of Psychosocial Nursing, 26(8).